Makna Keseimbangan dalam Tari Sengketo Wanita oleh Nan Jombang Dance Company
Agaknya perseteruan tentang eksistensi dan esensi perempuan di Indonesia sudah mengalami perjalanan yang cukup panjang. Kesusastraan kita telah mendokumentasikannya dalam sejumlah novel, cerpen, puisi, bahkan drama. Sebutlah Layar Terkembang (1936) karya Sutan Takdir Alisjahbana. Karya tersebut menyuarakan pendobrakan “kedudukan” wanita melalui tokoh Tuti. Kemudian, novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) karya HAMKA yang mengangkat isu pergesekan antara percintaan dengan adat istiadat Minangkabau.
Inilah hal yang coba diangkat kembali oleh Nan Jombang Dance Company melalui tarian Sengketo Wanita. Pada hari Minggu (08/04/2018), Galeri Indonesia Kaya menjadi panggung sengketa atas peran perempuan yang selama ini telah terkonstruksi dengan hasrat untuk merdeka. Tarian ini dibuka dengan senandika yang berisi pepatah Minangkabau. Pepatah tersebut menyinggung tentang kodrat perempuan. Lalu, tarian dilengkapi dengan gerakan saling menabuh gendang di atas podium. Beberapa kali pukulannya penuh amarah namun sesekali sayu berbisik. Kostum yang digunakan oleh dua penari tersebut juga menyimpulkan dikotomi yang simbolis antara citra perempuan yang sudah tersusun dengan normatif dan pembebasan karena wacana modernisme.
#IndonesiaKaya #GIK #RuangKreatif
Penulis: Yudhistira/Narasastra
Foto oleh Tim Dokumentasi Galeri Indonesia Kaya
sumber :https://kumparan.com/narasastra/makna-keseimbangan-dalam-tari-sengketo-wanita-oleh-nan-jombang-dance-company/full