Makna Keseimbangan dalam Tari Sengketo Wanita oleh Nan Jombang Dance Company

Agaknya perseteruan tentang eksistensi dan esensi perempuan di Indonesia sudah mengalami perjalanan yang cukup panjang. Kesusastraan kita telah mendokumentasikannya dalam sejumlah novel, cerpen, puisi, bahkan drama. Sebutlah Layar Terkembang (1936) karya Sutan Takdir Alisjahbana. Karya tersebut menyuarakan pendobrakan “kedudukan” wanita melalui tokoh Tuti. Kemudian, novel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939) karya HAMKA yang mengangkat isu pergesekan antara percintaan dengan adat istiadat Minangkabau.
Makna Keseimbangan dalam Tari Sengketo Wanita oleh Nan Jombang Dance Company

Makna Keseimbangan dalam Tari Sengketo Wanita oleh Nan Jombang Dance Company (1)

Menurut Ery, selaku koreografer, gendang dari Bengkulu (Dol) yang digunakan juga merupakan penari dalam Sengketo Wanita. Anehnya, saya justru merasa gendang tersebut adalah penari yang paling lentur dalam Sengketo Wanita. Gendang ini dapat diartikan sebagai muara–titik temu–atas persengketaan tersebut. Ibaratnya, ia menari tanpa pretensi apapun. Tanpa ideologi yang tendensius.
Makna dapat tersampaikan dengan puitis karena hati yang tidak menuntut. Seperti peran Dol dalam Sengketo Wanita, keseimbangan dan rasa wawas diri dapat membuka jalan yang lebih solutif daripada mempersoalkan kebenaran.
#IndonesiaKaya #GIK #RuangKreatif
Penulis: Yudhistira/Narasastra
Foto oleh Tim Dokumentasi Galeri Indonesia Kaya
sumber :https://kumparan.com/narasastra/makna-keseimbangan-dalam-tari-sengketo-wanita-oleh-nan-jombang-dance-company/full