Festival Nan Jombang Tgl3 Oktober 2019 “Kesenian Indang”

Perjalanan kesenian tradisi sangatlah bergantung kepada seniman tradisi itu sendiri. Peranan mereka sangatlah penting dan krusial dalam menjaga serta melestarikan kesenian tradisi. Mungkin merekalah yang disebut pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenarnya. Sebab mereka tidak mengharapkan upah atau bayaran, yang mereka harapkan hanyalah agar kesenian tradisi selalu terjaga keberadaannya. Untuk mengapresiasi keikhlasan mereka ini, Nan Jombang Grup bersama komunitasnya Galombang Minangkabau memberikan mereka panggung untuk menampilkan kesenian tradisi yang mereka geluti di Festival Nan Jombang Tanggal 3 (FNJT3) agar dapat dikenali oleh masyarakat lebih luas lagi. Festival yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini akan menghadirkan Indang pada perhelatan FNJT3 mendatang.

Kesenian Indang ini akan dimainkan oleh grup Indang Padang Baru dari Nagari Lubuak Aluang Kabupaten Padang Pariaman. Didirikan sejak tahun 1963 oleh Ampuak atau yang lebih dikenal dengan Datuak Ayam, grup ini telah malang melintang di berbagai iven kesenian tradisi di Indonesia. Saat ini grup indang Padang Baru ini dipimpin oleh anaknya yang bernama Pian yang dikenal dengan panggilan Pian Indang.

Dalam sejarahnya, indang ini sendiri masih diperdebatkan asal usulnya di Minangkabau. Pian menjelaskan sedikit tentang asal usul Indang Pariaman ini, “memang banyak masih ada perdebatan tentang asal mula kesenian tradisi ini. Kesenian ini sendiri turun dari aceh ke nagari Karan Aua Pariaman lalu turun lagi ke Nagari Rambai dan setelah itu baru menyebar ke berbagai nagari di Pariaman”, terangnya. Pian sendiri tidak hanya sebagai pimpinan grup Indang Padang Baru, namu beliau juga merupakan orang yang saat ini dituakan oleh seluruh seniman Indang di Pariaman.

Indang merupakan kesenian yang sudah cukup lama keberadaannya di Minangkabau. Dalam permainannya pun sudah banyak mengalami perkembangan. Dahulunya kesenian ini sesuai dengan turunannya dari Aceh yang hanya bermain dalam satu jerong atau sudut yang berjajar. Namun dalam perkembangannya sekarang indang dimainkan dalam tiga jerong. Indang sendiri merupakan kesenian berbalas pantun antara satu jerong dengan jerong yang lain. Tema yang dihadirkan dalam pantun merupakan tema adat dan agama. Selayaknya kesenian salawat dulang, indang juga seperti mencari tahu ilmu lawan nya. Mereka akan saling bertanya dalam pantun mereka antara satu jerong kepada jerong yang lainnya. Kesenian ini sendiri menggunakan instrument gendang kecil atau yang dikenal sebagai gandang rapa’i.

Untuk mengetahui lebih lanjut dengan kesenian tradisi ini , silahkan datang pada perhelatan FNJT3 pada 3 oktober 2019 mendatang. Festival ini akan dihelat di Ladang Tari Nan Jombang, belakang perumahan Polda, Balai Baru, Padang pada pukul 20:00 WIB.